Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

Kemdikbud (2014) menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembalajaran. siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pemngalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Melalui PjBl, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
  2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa,
  3. siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,
  4. siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan masalah,
  5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
  6. siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,
  7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
  8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Contoh penerapan PjBL dalam pembelajaran matematika berikut dirangkum dari Muschla (2006), antara lain:

1. Debat heboh (Great Debate)
Biasanya debat berhubungan dengan bahasa inggris, dan pelajaran sosial lainnya. Debat adalah ativitas unik yang menguntungkan siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk mempersiapkan debat siswa harus mencari topik mereka, memperjelas pemikiran mereka, dan merumuskan argumentasi. Mereka harus mengerti mengenai topik secara mendalam. Ada unsur kompetisi dalam debat, namun kebanyakan siswa menemukan kenyamanan dalam berdebat.

2. Membuat anggaran (making a budget)
Banyak siswa menganggap bahwa uang adalah sesuatu yang tak akan habis. Mereka membeli sesuatu tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar membutuhkannya. Masalahnya adalah mereka tidak tahu bagaimana cara mereka menghabiskan uang mereka. Untuk beberapa siswa membuat anggaran bisa bermanfaat. Menyusun anggaran tidak memberi jaminan bahwa uang akan mereka habiskan secara bijak, tetapi memungkinkan siswa untuk memonitor income dan pengeluaran mereka.

3. Merencanakan kamar sendiri (a floor plan my room)
Biasanya kamar remaja berantakan. kadang-kadang perabot di kamar tidak diatur sehingga kamar terasa sempit. Pengaturan kembali bisa membuat ruangan nyaman dan tidak berantakan. Pengaturan kembali tata letak perabot adalah sebuah pekerjaan besar, berfikir, apalagi jika perabotnya banyak. cara yang baik adalah membuat rancangan di atas kertas tentang tata letak perabot di kamar.




Referensi:
Makalah: Model-model Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika dan Karakter Siswa. (Dr. Rahmah Johar, M.Pd).
Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di FKIP Unsyaih pada Tanggal 5 Juni 2014.

Tulisan Terkait:

0 Response to "Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)"