Arends (2008) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) berusaha untuk memandirikan siswa. Tuntutan guru mendorong dan mengarahkan siswa untuk bertanya dan mencari solusi sendiri masalah nyata, dan siswa menyelesaikan tugas-tugas dengan kebebasan berfikir dan dengan dorongan inkuirin terbuka. Ibrahim dan Nur (2000) menjelaskan bahwa PBL di kembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Dalam pembelajaran guru harus terlebih dahulu menetapkan tujuan pembelajaran sehingga tujuan itu dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa. Setelah guru menetapkan tujuan kemudian guru harus merancang situasi masalah yang sesuai dengan materi. situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak terdefinisikan dengan ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum (Johar, Hanum, dan Nurfadhilah, 2006)
Arends (2001) mengemukakan lima ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah yaitu pengajuan masalah atau pertanyaan, keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, penyelidikan yang autentik, menghasilkan dan memamerkan hasil karya, dan kolaborasi. Arends (1997) mengemukakan tahapan-tahapan/fase dalam PBL sebagai berikut:
Tahap | Tingkah Laku Guru |
1. Orientasi siswa kepada masalah | Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya |
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar | Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut |
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok | Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah |
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya | Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan kerya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya |
5. Menganalisis & mengevaluasi proses pemecahan masalah | Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan |
Contoh penerapan PBL dalam pembelajaran matematika:
- Pembelajaran topik perbandingan dengan perayaan 'ulang tahun" di SMP Nassya Catering mendapat pesanan minuman sirup untuk acara ulang tahun. Banyak tamu undangan adalah 150 orang. bantulah Nassya Catering menentukan banyak sirup yang akan dibeli dan jumlah biaya yang diperlukan. Sumber belajar: satu botol sirup, sendok ukur, air putih, dan brosur harga satu botol sirup.
- Pembelajaran topik Aritmetika sosial di SMP. Ibu sofi akan memanfaatkan bunga disekitar rumahnya sebagai penghasilan keluarga. Jenis bunga disekitar rumah Bu sofi disediakan di atas meja. Apa yang harus dilakukan bu Sofi agar usaha merangkai bunganya beruntung?
Makalah: Model-model Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika dan Karakter Siswa. (Dr. Rahmah Johar, M.Pd).
Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di FKIP Unsyaih pada Tanggal 5 Juni 2014
0 Response to "Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)"