Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan
perencanaan (planning) yang matang setelah kita tahu ada masalah dalam
pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan dengan adanya
tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya. Lalu
kemudian diadakan pengamatan (observing) yang teliti tentang proses
pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi
(reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam
kelasnya.
Keempat langkah utama dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
Siklus yang baik, biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau satu semester. Mengapa? Supaya PTK kita benar-benar terasa keberhasilannya dan nampak terlihat perubahan setelah PTK dilaksanakan. Namun demikian, berdasarkan pengalaman di lapangan, baik tidaknya siklus tidak harus 6 bulan tapi bisa saja beberapa kali pertemuan (biasanya 1 topik pelajaran) selesai sampai diadakan evaluasi. Satu siklus bisa saja beberapa tatap muka. Tergantung dari topik apa yang menjadi masalah dalam PTK yang dilakukan.
Bila melihat kurikulum baru KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diharapkan guru menciptakan sendiri program pembelajarannya. KTSP membebaskan guru untuk menyusun materi pembelajarannya, asalkan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai yang diharapkan.
Banyaknya permasalahan di sekolah yang dihadapi guru tentu memancing guru untuk meneliti. PTK dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru. Guru dapat membuat beberapa siklus yang sesuai dengan topik penelitian sampai menemukan kepuasan dalam PTKnya.
Keempat langkah utama dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
Siklus yang baik, biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau satu semester. Mengapa? Supaya PTK kita benar-benar terasa keberhasilannya dan nampak terlihat perubahan setelah PTK dilaksanakan. Namun demikian, berdasarkan pengalaman di lapangan, baik tidaknya siklus tidak harus 6 bulan tapi bisa saja beberapa kali pertemuan (biasanya 1 topik pelajaran) selesai sampai diadakan evaluasi. Satu siklus bisa saja beberapa tatap muka. Tergantung dari topik apa yang menjadi masalah dalam PTK yang dilakukan.
Bila melihat kurikulum baru KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diharapkan guru menciptakan sendiri program pembelajarannya. KTSP membebaskan guru untuk menyusun materi pembelajarannya, asalkan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai yang diharapkan.
Banyaknya permasalahan di sekolah yang dihadapi guru tentu memancing guru untuk meneliti. PTK dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru. Guru dapat membuat beberapa siklus yang sesuai dengan topik penelitian sampai menemukan kepuasan dalam PTKnya.
Untuk melakukan siklus PTK selalulah menggunakan empat langkah di atas.
Model
Kurt Lewin dan Kemmis & Taggart pada saat ini banyak digunakan
oleh para guru. Selain mudah dalam pelaksanaannya, juga sangat simple
sehingga banyak guru yang memakai kedua model itu. Namun yang lebih
banyak dipakai pada saat ini adalah model PTK dari Kurt Lewin. Mengapa?
Karena model Kurt Lewin sangat mudah dipahami oleh para guru dalam
meneliti melalui PTK di sekolah.
Namun demikian, hasil PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.
Namun demikian, hasil PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.
Untuk
lebih jelasnya, tahap-tahap perencanaan PTK terdiri atas
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta
merencanakan perbaikan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah
Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak masalah, ada kalanya guru tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih kabur sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Oleh karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru menemukan masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.
Guru tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu PTK. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus.
Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria sebagai berikut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya seorang guru dapat memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Andaberhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting untuk dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan kembali apa yang telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan (acting).
1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah
Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak masalah, ada kalanya guru tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih kabur sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Oleh karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru menemukan masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.
Guru tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu PTK. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus.
Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria sebagai berikut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya seorang guru dapat memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Andaberhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting untuk dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan kembali apa yang telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan (acting).
Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah:
(a) Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;
(b) Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya, khususnya guru dan waktunya terlalu lama; Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya
(c) Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal. Pilihlah masalah yang skalanya cukup kecil dan terbatas.
(d) Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian.
(e) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan:
(1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa SMA;
(2) rendahnya ketaatan siswa pada perintah guru;
(3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris;
(4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa;
(5)
rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan
mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut; dan(a) Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;
(b) Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya, khususnya guru dan waktunya terlalu lama; Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya
(c) Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal. Pilihlah masalah yang skalanya cukup kecil dan terbatas.
(d) Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian.
(e) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan:
(1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa SMA;
(2) rendahnya ketaatan siswa pada perintah guru;
(3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris;
(4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa;
(6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas (SMA).
Dalam PTK, semua masalah harus berada
dalam kendali guru dan bukan orang lain. Guru harus dapat mengendalikan
semua masalah yang ada di kelasnya. Jika Anda sebagai guru yakin bahwa
ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK
untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan
buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda.
Dengan perkataan lain, yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan
cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda
kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah:
Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Masalah
yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian Nasional
(UN) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang
terlalu besar untuk dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK
individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai
UN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah
yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan. Masalah pun jangan terlalu
kecil. Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap
pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat
sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai
oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti
pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut
dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut
kepentingan sebagian besar siswa. Masalah yang sedang hangat sekarang
ini adalah bagaimana membuat media pembelajaran yang memudahkan siswa
dalam memahami materi pelajaran. Media yang dibuat guru benar-benar
dapat menyampaikan pesan ke otak siswa dengan mudah.
Contoh permasalahan PTK :
Seorang guru sejarah yang bernama Ibu Netty menemukan rendahnya motivasi sebagian besar siswa untuk menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa memahamibacaan secara cepat merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang guru harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah tidak. Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda sebagai guru ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang masuk di akal dan nyata (real), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas dalam PTK adalah masalah yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa guru. Apalagi hasil penelitian orang lain yang kemudian diklaim sebagai PTK sendiri yang tidak original.
2. Menganalisis dan Merumuskan MasalahContoh permasalahan PTK :
Seorang guru sejarah yang bernama Ibu Netty menemukan rendahnya motivasi sebagian besar siswa untuk menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa memahamibacaan secara cepat merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang guru harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah tidak. Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda sebagai guru ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang masuk di akal dan nyata (real), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas dalam PTK adalah masalah yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa guru. Apalagi hasil penelitian orang lain yang kemudian diklaim sebagai PTK sendiri yang tidak original.
Terkadang secara tidak sadar guru
telah melakukan PTK, yakni ketika guru melakukan evaluasi, menganalisis
hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika masalah sudah ditetapkan,
maka masalah ini perlu dianalisis dan dirumuskan. Mengapa demikian?
Tujuannya adalah agar guru paham akan hakikat masalah yang dihadapi,
terutama apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Perumusan
masalah didapatkan dari berbagai masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran di kelas, lalu pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai
dengan kerangka teoritis yang dimiliki.
Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka teoritis dan pengalaman yang relevan, sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan perbaikan. Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup jelas dan singkat? 2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab? Guru sejarah perlu merenung untuk mencari solusi.
Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka teoritis dan pengalaman yang relevan, sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan perbaikan. Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup jelas dan singkat? 2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab? Guru sejarah perlu merenung untuk mencari solusi.
Jika
setelah dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu
harus dicari penyebab lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah
cukup jelas bagi siswa, apakah bahasa yang digunakan guru sejarah
mudah dipahami, dan apakah ketika menjelaskan guru sejarah memberikan
contoh-contoh. Jika ternyata kedua pertanyaan di atas dijawab tidak,
maka kita sudah mendapatkan jawaban sementara, yaitu penyebab siswa
tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena pertanyaan yang
diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan berbelit-belit,
serta guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Jika
ini yang dianggap sebagai penyebab, maka guru sejarah dapat
merencanakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menyusun pertanyaan
tersebut secara cermat, serta berusaha memberikan waktu untuk berpikir
sebelum meminta siswa menjawab pertanyaan. Menganalisis dan merumuskan
masalah bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Diperlukan kecermatan guru
dalam menganalisis dan merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan
harus menjadi bahan dalam penulisan laporan PTK. Dari pelaporan PTK
inilah, para pembaca menjadi tahu masalah apa yang dipecahkan, dan
solusi apa yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut dengan
membaca rumusan masalah yang dibuat oleh guru.
3. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah (juga
mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba mencari cara untuk
memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain,
dalam langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan
perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang relevan, (2)
bertanya kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman
sejawat. Ahli terkait mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli
bidang studi atau pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Mari kita
ambil kasus ibu Netty lagi, yaitu masalah pertanyaan guru yang
tidakterjawab oleh siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertanyaan
yang disusun guru terlampau panjang dan kurang jelas. Di samping itu,
guru sering langsung meminta jawaban setelah mengajukan pertanyaan, dan
kadang-kadang langsung mengarahkan pertanyaan ini pada siswa tertentu,
sehingga siswa yang lain tidak memperhatikan pertanyaan tersebut.
Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak terjawab dan Ibu Netty sering
harus menjawab pertanyaannya sendiri atau melupakan pertanyaan
tersebut. Dari hasil analisis tersebut, penyebab pertanyaan Ibu Netty
yang tidak terjawab adalah: Pertanyaan Ibu Netty terlampau panjang dan
tidak jelas Ibu Netty tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dan Ibu Netty sering mengajukan pertanyaan dengan menunjuk
kepada siswa tertentu. Sehingga apabila dikaji secara cermat, ternyata
ketiga penyebab tersebut berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini
keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan bertanya. Oleh karena
itu, tindakan perbaikan yang harus dilakukan guru adalah meningkatkan
keterampilan bertanya. Tindakan perbaikan ini kita cantumkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kita gunakan dalam mengajar.
Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan
dalam pembelajaran biasa, tidak ada kelas khusus untuk melakukan PTK
karena pada hakikatnya PTK dilakukan oleh guru sendiri di kelasnya
sendiri. Contoh PTK lainnya adalah: “Jika diberi pelajaran dengan
pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa
sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain.
Pelajaran yang guru berikan adalah geografi, tetapi guru sering
mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan
sejarah. Ketika guru meminta siswa mengemukakan hipotesis tentang
pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa
sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan
baik dalam mata pelajaran geografi. Guru khawatir siswa hanya
menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam
kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan
di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya, setiap
hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakmampuan siswa itu terjadi
sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya
semua siswa mengalami hal yang sama, termasuksiswa yang cerdas. Guru
lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer
suatu keterampilan ke mata pelajaran lain. Proses transdisiplinaritas
(penyatuan ilmu) ternyata belum berjalan dengan baik sesuai apa yang
diharapkan Karena itu, di dalam PTK guru perlu juga berkolaborasi dengan
guru lainnya. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian.
Dalam PTK guru perlu bertukar fikiran dengan guru mitra lainnya dari
mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan
dan menyelesaikan masalah pembelajaran. Misalnya saja guru
komputer/TIK perlu bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia dalam
menumbuhkan kreativitas menulis melalui pembuatan blog atau website di
internet.
Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Susilo H (2003) dalam
melaksanakan PTK ada beberapa langkah–langkah terperinci yang seharusnya
diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2)
prasurvei/temuan awal, 3) diagnose, 4) perencanaan, 5) implementasi
tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan dan kepada siapa
hasil PTK dilaporkan.
1. Adanya
Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik
yang berupa penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun
PTK pasti diawali dengan gagasan–gagasan atau ide–ide, dan gagasan itu
dimungkinkan yang dapat dikerjakan atau dilaksanakan. Pada umumnya ide
awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang
berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa
suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut
dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan
dan perbaikan dalam kelas yang sedang diajarkannya. Misalnya : guru
menemukan cara mengenalkan angka kepada anak didiknya dengan membuat
kartu mainan “Number”
2.
Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi
yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini
dilakukan oleh guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan
penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu
melakukan prasurvai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan
kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan
yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana
pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang
sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi
kelas yang sebenarnya.
3.
Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar
di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar
lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis atau dugaan–dugaan
sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam
satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat
menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media
pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan
implementasi PTK. Diagnosis tidak diperlukan bagi guru yang melakukan
PTK di kelasnya sendiri.
4. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus.
Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan
ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait
dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau
strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.
Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita
menyiapkan suatu kegiatan belajar–mengajar. Biasanya perencanaan
dimasukkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga
dapat dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran yang bersangkutan.
5.
Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan
realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan
sebagainya. PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan (Liberating),
karena mendorong kebebasan guru dalam berpikir dan berargumentasi dalam
bereksperimen, meneliti, dan mengambil keputusan atau judgment.
Klanjuh Daye, Maret 2011
0 Response to "Bagaimana cara memulai PTK?"